Monday, August 03, 2020

Sebuah Renjana



Dalam suatu kala, dua makhluk berbincang riang pada sejumlah pagi tentang berbagi bersama atas kepemilikan sebuah mimpi pada sebidang ruang tempat bernaung dengan jendela beringas yang tak merasa perlu menghalau sengatan hangatnya cahaya matahari pagi hingga sendunya pijaran bintang dan syahdunya sinar bulan menyapa.

Tanpa perlu risau hidup bertetangga yang seringkali lupa akan garis batas penanda etika.

Tentang beranda luas dimana segala makhluk bisa bertumbuh bersama.
Kecambah-kecambah yang menyeruak gembira, pohon-pohon berdaun rimbun yang menjadi peneduh akan segarnya udara;
Setiap kicauan burung, racauan serangga, gonggongan anjing dan goyangan ekornya yang bersuka-cita, hingga kucing-kucing yang saling mengeong berlarian merdeka.
Atau juga, menjadi tempat berlindung pula bagi setiap makhluk-makhluk baik hati yang tak kasat mata. Biarkan saja.

Alam dan setiap makhluk yang terlibat didalamnya berkesadaran penuh untuk saling merawat dan menjaga.

Maka setiap mimpi adalah do'a.
Memantik setiap jalan akan upaya.
Berkekuatan penuh terhadap kelapangan rasa didalam dada.
Tanpa jelaga.

Adalah renjana.


Pada sebuah pagi, 3 Agustus 2020.

Friday, October 05, 2018

Panggung Minoritas







Setiap individu memiliki hak penuh untuk bisa menjalani proses yang nyaman dan penuh dukungan dalam upaya mengenali dan mengidentifikasi diri sendiri. Tak terkecuali bagi golongan minoritas secara seksual. Salah satu fase perjuangan berat yang harus mereka lewati adalah penerimaan diri. Tetapi sayang, pandangan-pandangan diskriminatif dan menyudutkan dari masyarakat umum tak jarang membuat mereka bingung dengan jati dirinya. Bahkan tak sedikit yang akhirnya malah membenci diri sendiri. Berada di tengah kepungan mayoritas yang menolak keberagaman bisa menimbulkan perasaan terasingkan. Maka dari itu, kehadiran orang-orang yang bersedia membuka diri untuk menjadi tempat berbagi sangat mereka butuhkan. 

Monday, March 05, 2018

CS Writers Club Bandung


Bergabung dalam komunitas CS Writers Club Bandung serupa berkah yang tak habisnya saya syukuri. Semacam menemukan sekelompok keluarga yang saya cari selama ini.

Untuk bergabung di komunitas ini, tak pernah saya ditanya soal siapa Tuhan mu, bagaimana kamu beribadah dan menjalani hidup sehari-hari, atau bahkan apa orientasi seksualmu.

Friday, February 16, 2018

Kisah Si Paimin

Artwork by Wokinhos.

Sekejap Paimin mendapati foto dirinya dimasa mungil. Dibalik senyum pemalunya saat itu, menyimpan sebuah pandora muram yang kemudian menyertainya sepanjang hidup, siang dan malam.

Selepas ia menyelesaikan ritualnya buang hajat, kemudian terperanjat pada sebuah ingatan sesaat. Serasa kemudian ingin menghujat. Kepada siapa ia layak menggugat?

Thursday, January 25, 2018

Blessing In Disguise

Ini bukan hanya semata-mata perkara seorang pria menjelang dewasa dengan keluguannya sebagai seorang tuna grahita menggesek-gesekkan batang tegang kemaluannya diantara belahan pantat mungil saya ketika kecil.

Bukan hanya perkara ketika saya tumbuh, terbiasa untuk selalu dituduh.
Dituduh membeda-bedakan sementara saya dididik dan dirawat dengan dibedakan sendiri.
Dituduh berbuat SARA dan dengki, tanpa pernah dikonfirmasi bahwa ini adalah urusan pelaku yang saya maki.
Dituduh bergantung, sementara nurani menantang; bagaimana bisa, ketika ingatan merasa selalu terbiasa berseorang diri.
Bahkan, dituduh pula menjadi penyebab gempa dan setiap bencana karena manusia-manusia macam saya ini.

Thursday, January 18, 2018

Tuesday, November 21, 2017

Being (Still) In Love With A Ghost (Not) Secretly.

Ia yang datang dan merasa saling menemukan. 

Ia yang hadir menyalakan sebuah mimpi yang layak untuk kembali diperjuangkan. 

Ia yang kemudian dalam sekejap melaju seolah merenggut keseluruhan hidup dengan pilu.  

Berdosakah saya untuk merindu sejumput perasaan itu kembali ketika ia merasa beruntung menemukan saya?

Merindu macam babu lama tak pegang sapu. 

Ia yang datang atas sebuah damba dan jawaban atas do'a. 

Ia yang hadir dengan begitu mudah. Tak memberi susah. Tak berakibat resah. Serasa bagai rumah. Dan terasa sungguh megah. 

Pertamakalinya dalam seumur hidup menemukan makhluk yang membuat diri ingin segera utuh. Dengannya serasa penuh. Penggenap teduh. Kepadanya saya merasa begitu bersungguh-sungguh. Tak peduli jika kemudian ia pula yang membuat jatuh. 

Ia yang kemudian berlalu dengan bisu macam hantu tak tahu malu menyisakan rindu macam benalu. 

Anehnya ketika ia lari, tak sampai hati menyatakan ia tak tahu diri. Intuisi yang kemudian menemani sepi. Karena tetap saja keyakinan ini tak juga turut mati. 

Untuk sebuah waktu yang tepat kembali berpihak, suatu saat nanti.